Lafazh ketiga
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم؛ من هَمْزِه، ونَفْخِه، ونَفْثِه
A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi
“Saya berlindung kepada Allah dari sejenis kegilaan, kesombongan, dan sya’ir setan yang suka menggoda manusia untuk berbuat maksiat, dan yang dijauhkan dari rahmat Allah”
Adapun makna al-hamzu, an-naftsu dan an-nafkhu dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya (3828)
حَدَّثَنَا أَبُو الْجَوَابِ، حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ رُزَيْقٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ” كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنَ الشَّيْطَانِ مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْثِهِ، وَنَفْخِهِ ” قَالَ: ” وَهَمْزُهُ: الْمُوتَةُ، وَنَفْثُهُ: الشِّعْرُ، وَنَفْخُهُ: الْكِبْرِيَاءُ “
“Abul Jawab menuturkan kepadaku, ‘Ammar bin Ruzaiq menuturkan kepadaku, dari ‘Atha bin Sa-ib, dari Abu Abdir Rahman, dari Abullah bin Mas’ud, dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau biasanya berta’awudz dari setan yang terkutuk yaitu dari al-hamzu, an naftsu, dan an-nafkhu darinya. Lalu beliau bersabda, ‘al-hamzu maksudnya sejenis gila, al-nafats maksudnya sya’ir (tercela), an-nafakh maksudnya kesombongan.’”
Hadits ini hasan, sebagaimana pendapat Syaikh Ahmad Syaikir dalam ta’liq beliau untuk Musnad Ahmad (5/318).
Syaikh Bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa,
جاء في الحديث أن النبي – صلى الله عليه وسلم – فسر همزه بأنه …….. الصرع، ما يحصل من الصرع للناس من الشيطان ، ونفخه الكبر، ما يقع في نفوس الناس من الكبر، هو من الشيطان ينفخ في بعض الناس حتى يتكبر على عباد الله. ونفثه الشعر المذموم، الذي له شعر مذموم والقصائد المذمومة في ما حرم الله من تشبيه بالنساء ، والدعوة إلى الزنا أو إلى الخمر أو إلى غيره مما حرم الله عز وجل
“Terdapat dalam hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan “همزه” yaitu …..kesurupan. Kesurupan yang didapatkan pada manusia itu dari setan.
Sedangkan “نفخه” adalah kesombongan (setan), kesombongan yang ada pada diri manusia itupun dari setan, (setanlah) yang membisiki kepada sebagian manusia hingga ia sombong terhadap hamba-hamba Allah.
Adapun “نفثه” adalah syair yang tercela, yang memiliki syair yang tercela, dan nyanyian yang tercela berisikan lirik-lirik yang diharamkan oleh Allah, berupa pria menyerupai wanita, ajakan berzina atau ajakan minum minuman keras, atau selainnya yang diharamkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla” (http://www.binbaz.org.sa/noor/9122).
Allah Ta’ala berfirman,
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
“Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.’”
وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
“Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
Al-Baghawi rahimahullah menafsirkan hamazaat setan di dalam ayat ini,
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
نزعاتهم
“(Hamazaat adalah) dorongan-dorongan mereka (setan).”
Al-Hasan berkata,
وساوسهم
“(Hamazaat adalah) was-was dari mereka.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Maka hamazaat setan adalah dorongan (serangan) was-was dari mereka, dan penyimpangan dalam hati” (Ighotsatul Lahfan, hal. 89).
Dan bentuk jamak yang terdapat dalam hamazaat, hal ini menunjukkan banyaknya dan beranekaragamnya hamazaat setan tersebut.
Adapun dalam hadits di atas ditafsirkan hamazaat setan dengan sejenis gila (kesurupan), maka hal ini tidaklah bertentangan dengan penjelasan para ahli tafsir di atas, karena itu Ibnul Qayyim menyatakan,
وقد يقال – وهوالأظهر- : إن همزات الشياطين إذا أُفردت دخل فيها جميع إصابتهم لابن آدم، وإذا قُرنت بالنفخ والنفث كان نوعاً خاصاً
“Bisa juga ditafsirkan -dan ini pendapat yang lebih nampak tepat- sesungguhnya hamazaat setan itu jika disebutkan sendirian, maka mencakup seluruh bentuk serangan mereka (setan) yang dilancarkan kepada keturunan Nabi Adam ‘alaihis salam (manusia), namun apabila diiringkan penyebutannya dengan an-nafkh dan an–nafts, maka hamazah itu bermakna bentuk (serangan setan) yang khusus” (Ighatsatul Lahfan, hal. 89).
Kesimpulan
Seseorang yang mengucapkan lafazh isti’adzah,
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم؛ من هَمْزِه، ونَفْخِه، ونَفْثِه
A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi
Maksudnya adalah ia mohon perlindungan kepada Allah agar Dia menjaganya dari serangan penyakit sejenis kegilaan (kesurupan), kesombongan, dan sya’ir atau nyanyian setan.
Itulah kejahatan setan, sosok makhluk buruk yang selalu menggoda manusia untuk berbuat maksiat, dan sosok makhluk yang dijauhkan dari rahmat Allah.”
Referensi
- Dzauqush Shalah, Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah.
- https://muslim.or.id/19086-istiadzah-dalam-shalat.html
- Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwait
- Tamamul Minnah, Syaikh Al-Albani.
- Syarhul Mumti’, Syaikh Al-‘Utsaimin
- Fiqhul Asma`il Husna, Sy. Abdur Razzaq.
- Syarah Bulughul Maram, Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin
- Al-Lubab fi tafsir Al-Isti’adzah, wal Basmalah, wal Fatihatil Kitab, DR. Sulaiman bin Ibrahim Al-Lahim
- fatwa.Islamweb.net/fatwa
- https:/Islamqa.info/ar/2506
- http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=26012
- [http://www.binbaz.org.sa/noor/9122]
- dan referensi yang lainnya.
[Selesai]
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (1)
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (2)
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (3)
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (4)
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (5)
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (6)
- Mutiara Isti’adazah dalam Shalat (7)
Penulis:
Artikel:
Post a Comment