Kajian :
Tata Cara Pengambilan Dalil Bagian 2 | Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah
Download MP3
Tata Cara Pengambilan Dalil Bagian 2 – Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Ustadz Yazid ‘Abdul Qadir Jawas) (USTADZ YAZID ABDUL QADIR JAWAS)
Ini adalah lanjutan dari kajian sebelumnya, dimana pada kajian sebelumnya telah dibahas poin ke-1 sampai ke-4. Maka pada lanjutan dari poin-poin tersebut adalah:
5. Berserah diri (taslim), patuh dan taat hanya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, secara lahir dan bathin. Tidak menolak sesuatu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, (baik menolaknya itu) dengan qiyas (analogi), perasaan, kasyf (iluminasi atau penyingkapan tabir rahasia sesuatu yang ghaib), ucpaan seoarang syaikh, ataupun imam-imam dan lainnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٦٥﴾
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 65)
Juga firman Allah subhanahu wa ta’ala:
…وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۖ إِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
6. Dalil ‘aqli (akal) yang benar akan sesuai dengan dalil naqli (nash yang shahih). Sesuatu yang qath’i (pasti) dari kedua dalil tersebut, tidak akan bertentangan selamanya. Apabila ada pertentangan diantara keduanya, maka dalil naqli (ayat ataupun hadits) harus didahulukan.
Maksudnya, Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih selama-lamanya tidak akan bertentangan dengan akal yang waras. kalaupun seolah-olah seperti bertentangan maka yang harus didahulukan adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena, Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah ma’shum, sedangkan akal tidak ma’shum, Al-Qur’an dan As-Sunnah tetap, sedangkan akal berubah-ubah, Al-Qur’an dan As-Sunnah mutlak, sedangkan akal manusia terbatas. Akal manusia mempunyai keterbatasan. Akal wajib tunduk kepada wahyu, wajib tunduk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
@Sumber : Radiorodja.com
Post a Comment